- Get link
- X
- Other Apps
Mungkin sudah terlambat untuk mengucapkannya, tapi saya berharap tulisan berikut dapat menjadi renungan kita semua..........
Sekitar setengah abad yang lalu, menjadi seorang guru sangatlah mudah. Siapapun yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi akan dengan mudah menjadi guru. Tidak dibutuhkan tingkat pendidikan tertentu dan ketrampilan khusus yang penting dia bisa membaca, menulis, menghitung dan mengajarkanya kepada siswa. Disamping itu, dia haruslah seseorang yang betul-betul tanpa pamrih. Pasalnya seorang guru selalu diidentikan dengan Oemar Bakri. Seorang guru yang hanya bersepeda ontel dengan penghasilan minim. Kesejahteraan guru sangat kurang diperhatikan dikalangan pegawai sipil apalagi dikalangan sekolah swasta dan pinggiran, itu salah satu perkataan guru SMP saya. Sehingga tidak mengherankan jika tidak sedikit guru yang mempunyai mata pencaharian sampingan atau malah ada yang menjadikan guru adalah profesi sampingan mereka. Berbeda sekali dengan kondisi guru di Jepang atau malaysia. Jepang adalah salah satu negara yang titik awal kebangkitannya sama dengan negara kita. Indonesia merdeka 14 agustus 1945 sedangkan Jepang saat itu diserang bom nuklir oleh sekutu pada perang PD II. Namun mengapa sekarang kondisinya sangat jauh berbeda ? Ternyata salah satu penyebabnya adalah guru dan pendidikan. Saat itu negara kita langsung memperbaiki keadaan ekonomi, adapun Jepang langkah yang pertama mereka ambil adalah mendatangkan guru-guru dari luar atau mengirimkan rakyatnya ( pemuda ) untuk belajar di luar negeri.
Saat ini bisa kita lihat bahwa keadaan guru atau tenaga pendidik sangat berbeda dengan setengah abad yang lalu. Persyaratan menjadi seorang guru tidak lah mudah. Diantaranya tingkat pendidikan tertentu, memiliki ketrampilan yang sesuai bidang, harus profesional dan sebagainya. Dalam hal kesejahteraan pun boleh dibilang lebih baik terutama guru – guru dikalangan pegawai sipil. Dewasa ini sedang marak dengan adanya sertifikasi guru. Seorang guru akan dinilai lebih apabila dia telah disertifikasi. Namun ada yang sangat disayangkan akan adanya sertifikasi guru ini, tidak sedikit ditemukan adanya manipulasi dan pemalsuan data agar mendapatkan sertifikasi tersebut. Jadi bisa dibayangkan, sekian tahun yang akan datang bagaimana kondisi negeri ini jika jiwa – jiwa tenaga pendidiknya dalam hal ini guru berbuat curang seperti itu. Waktulah yang dapat menjawabnya.
Sekitar setengah abad yang lalu, menjadi seorang guru sangatlah mudah. Siapapun yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi akan dengan mudah menjadi guru. Tidak dibutuhkan tingkat pendidikan tertentu dan ketrampilan khusus yang penting dia bisa membaca, menulis, menghitung dan mengajarkanya kepada siswa. Disamping itu, dia haruslah seseorang yang betul-betul tanpa pamrih. Pasalnya seorang guru selalu diidentikan dengan Oemar Bakri. Seorang guru yang hanya bersepeda ontel dengan penghasilan minim. Kesejahteraan guru sangat kurang diperhatikan dikalangan pegawai sipil apalagi dikalangan sekolah swasta dan pinggiran, itu salah satu perkataan guru SMP saya. Sehingga tidak mengherankan jika tidak sedikit guru yang mempunyai mata pencaharian sampingan atau malah ada yang menjadikan guru adalah profesi sampingan mereka. Berbeda sekali dengan kondisi guru di Jepang atau malaysia. Jepang adalah salah satu negara yang titik awal kebangkitannya sama dengan negara kita. Indonesia merdeka 14 agustus 1945 sedangkan Jepang saat itu diserang bom nuklir oleh sekutu pada perang PD II. Namun mengapa sekarang kondisinya sangat jauh berbeda ? Ternyata salah satu penyebabnya adalah guru dan pendidikan. Saat itu negara kita langsung memperbaiki keadaan ekonomi, adapun Jepang langkah yang pertama mereka ambil adalah mendatangkan guru-guru dari luar atau mengirimkan rakyatnya ( pemuda ) untuk belajar di luar negeri.
Saat ini bisa kita lihat bahwa keadaan guru atau tenaga pendidik sangat berbeda dengan setengah abad yang lalu. Persyaratan menjadi seorang guru tidak lah mudah. Diantaranya tingkat pendidikan tertentu, memiliki ketrampilan yang sesuai bidang, harus profesional dan sebagainya. Dalam hal kesejahteraan pun boleh dibilang lebih baik terutama guru – guru dikalangan pegawai sipil. Dewasa ini sedang marak dengan adanya sertifikasi guru. Seorang guru akan dinilai lebih apabila dia telah disertifikasi. Namun ada yang sangat disayangkan akan adanya sertifikasi guru ini, tidak sedikit ditemukan adanya manipulasi dan pemalsuan data agar mendapatkan sertifikasi tersebut. Jadi bisa dibayangkan, sekian tahun yang akan datang bagaimana kondisi negeri ini jika jiwa – jiwa tenaga pendidiknya dalam hal ini guru berbuat curang seperti itu. Waktulah yang dapat menjawabnya.
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment